
Secara garis besar, menurut sifat totipotensinya, stem cell dapat dikategorikan menjadi dua kategori besar, yaitu stem cell dewasa (adult stem cell) yang berasal dari sumsum tulang belakang atau sel darah tepi orang dewasa yang diambil melalui operasi dan stem cell embrionik (embryonic stem cell) yang berasal dari embrio (janin). stem cell dewasa memiliki keterbatasan diferensiasi dalam hal pembentukan tipe sel dibandingkan dengan stem cell embrionik. Kelompok stem cell dewasa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu stem cell turunan dari sumsum tulang belakang (bone marrow-derived stem cell), stem cell spesifik di dalam organ, dan induced plupoten stem cell (iPSC) yang disebut juga sebagai stem cell pluipoten yang diinduksi (diprogram ulang sehingga bersifat seperti halnya stem cell embrionik).
Pada awal perkembangannya, karena ada pro dan kontra yang berkaitan dengan masalah etika/norma-norma kemanusiaan, tidak banyak peneliti menggunakan stem cell embrionik untuk pengobatan. Sebagian orang menganggap stem cell yang diambil embrio (janin) adalah merenggut hak hidup calon bayi tersebut. Beberapa pihak yang mendukung program tersebut mengajukan alasan penelitian itu digunakan demi kemajuan pengetahuan di bidang medis. Karena itulah, untuk terapi penyakit para ilmuwan berusaha menemukan sumber stem cell yang potensinya tidak kalah dibandingkan dengan stem cell embrionik, yakni Fetal stem cell.
Salah satu sumber stem cell yang saat ini mulai banyak disimpan adalah fetal stem cell darah tali pusat. Hingga saat ini, sudah lebih dari 70 penyakit yang dapat disembuhkan dengan transplantasi stem cell darah tali pusat. Ketujuh puluh penyakit tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: kanker, kelainan darah, gangguan metabolisme bawaan (congenital metabolik disorder) dan imunitas tubuh rendah. Selain itu, transplantasi stem cell juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit autoimun seperti lupus.
Sejak Kapan Pemanfaatan Stem Cell ini dilakukan?
Terapi regeneratif menggunakan stem cell sumsum tulang pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1968 pada bayi berumur 18 bulan yang menderita severe combined immunodeficiency (SCID). Keberhasilan ini disusul 20 tahun kemudian dengan transplantasi stem cell darah tepi yang dilakukan di Heidelberg University Hospital di jerman tahun 1986 pada pasien penderita Burkitt's Lymphoma, serta transplantasi darah tali pusat tahun 1988 pada penderita fanconi anemia.
Sebelumnya, terapi stem cell dari darah tali pusat mulai ditemukan pada penelitian di dunia kedokteran yang dilakukan ilmuwan kanada, dimana sel induk dari tali pusat dapat dipakai si bayi dan keluarganya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Darah di dalam ari-ari dan tali pusat mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah yang sejenis dengan sel induk yang ditemukan di dalam sumsum tulang, yang telah dikenal dapat digunakan sebagai penyembuh penyakit khusus, seperti kanker darah. Pencangkokan darah tali pusat (umbilical cord blood) pertama kali stem cell dilakukan pada seorang anak penderita anemia fanconi di paris pada tahun 1988.
Bagaimana perkembangan terapi stem cell ini sekarang?
Perkembangan ilmu stem cell di Indonesia, baik penggunaannya dalam riset ataupun medis, telah memasuki tahap baru yang menjanjikan. Metode pengobatan stem cell yang sudah dikerjakan di Indonesia selama ini adalah transplantasi sumsum tulang untuk leukemia dan transplantasi stem cell jantung. Pusat stem cell yang sudah ada di Indonesia, adalah di RS Kanker Dharmais, dan RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan RS Dr. Kariadi, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar