
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. Tuberkulosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh macrofak. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh macrofak keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan secretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sito-plasma macrofak. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai dengan pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman M. Tuberkulosis bisa menjalar ke seluruh organ seperti otak, tulang dan ginjal.
Keluhan yang dirasakan pasien yang terinfeksi kuman M. Tuberkulosis bermacam-macam atau bahkan banyak pasien yang terinfeksi TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah:
Demam. Biasanya sub demam menyerupai demam influenza. tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41 derajat celcius. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam ini, sehingga pasien merasa tidak sembuh-sembuh dari demam. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

Sesak Nafas. Pada infeksi tuberkulosis yang baru tumbuh belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
Nyeri Dada. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya.
Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (BB badan turun drastis), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam. Gejala malise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam, badan kurus atau berat badan menurun. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah, kasar dan nyaring. Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot intercostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit agak tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.
Pemeriksaan Radiologis.
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apex tetapi dapat juga mengenai lobus bawah atau didaerah hilus menyerupai tumor paru.
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), masa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/emfisema) atau pneumothorak.
Mungkin ini dulu yang dapat saya posting mudah-mudahan bermanfaat, untuk pemeriksaan laboratorium, test tuberkulin, sputum, komplikasi dan pengobatannya akan saya posting dilain waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar