Selain pemeriksaan Radiologis yang sudah saya tulis di bab sebelumnya, ada beberapa pemeriksaan lagi untuk menegakkan diagnosa TB.
![]() |
Sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman basil tahan asam (BTA), diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Pemeriksaan ini sering mendapat kendala apabila sputum tidak mudah diambil, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non-produktif. Dalam hal ini pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obatan mukolitik ekspektoran/pengencer dahak. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan
Tes Tuberkulin. Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosa tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. (Purified Protein Derivative) intrakutan/dibawah kulit. Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M. tuberkulosis, M.bovis, dan Vaksinasi BCG. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan. Hasil tes mantoux ini dibagi dalam:
- Indurasi 0-5 mm (diameternya): Mantoux negatif = golongan tidak sensitif.
- Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan = golongan low grade sensitivity.
- Indurasi 10-15 mm : Mantoux positif = golongan normal sensitivity.
- Indurasi lebih dari 15 mm : Mantoux positif kuat = golongan hipersentivity.
Dari urain-uraian sebelumnya tuberkulosis paru cukup mudah dikenal melalui dari keluhan-keluhan klinis, gejala-gejala, kelainan fisik, kelainan radiologis dan kelainan bakteriologis.
Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan berdasarkan kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini cukup banyak sehingga memberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. WHO tahun 1991 memberikan kriteria pasien tuberkulosis paru sbb:
- Pasien dengan sputum BTA positif:
- Pasien yang pada pemeriksaan sputum nya secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2x pemeriksaan.
- Satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif.
- Satu sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif.
- Komplikasi Dini: Pleuritis, efusi pleura, empiema
- Komplikasi Lanjut: Obstruksi/sumbatan jalan nafas, Kerusakan parenkim berat.fibrosis paru, karsinoma paru = sering terjadi pada TB milier dan kavitas paru.
![]() |
Wah ternyata sudah malam.... tidur dulu ya, mudah-mudahan postingan saya ada manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar